PENDIDIKAN

Rabu, 16 Februari 2011

TERNYATA, PANGLIMA ITU ADALAH SEBUAH KATA


TERNYATA, PANGLIMA ITU ADALAH SEBUAH KATA

A.       Mengenal kata
Kata atau ayat adalah suatu unit dari bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat
Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari bahasa Sansekerta kathā. Dalam bahasa Sansekerta kathā sebenarnya artinya adalah "konversasi", "bahasa", "cerita" atau "dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan arti semantis menjadi "kata".
Istilah "kata" sungguh sulit untuk didefinisikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1997) memberikan beberapa definisi mengenai kata:
1.    Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
2.    Konversasi, bahasa
3.    Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas
4.    Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem (contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan)
Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau entri sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya kathā dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan sebagai sebuah morfem atau gabungan morfem.
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
  1. Nomina (kata benda); nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan, misalnya buku, kuda.
  2. Verba (kata kerja); kata yang menyatakan suatu tindakan atau pengertian dinamis, misalnya baca, lari.
a.      Verba transitif (membunuh),
b.     Verba kerja intransitif (meninggal),
c.      Pelengkap (berumah)
  1. Adjektiva (kata sifat); kata yang menjelaskan kata benda, misalnya keras, cepat.
  2. Adverbia (kata keterangan); kata yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, misalnya sekarang, agak.
  3. Pronomina (kata ganti); kata pengganti kata benda, misalnya ia, itu.
a.      Orang pertama (kami),
b.     Orang kedua (engkau),
c.      Orang ketiga (mereka),
d.     Kata ganti kepunyaan (-nya),
e.      Kata ganti penunjuk (ini, itu)
  1. Numeralia (kata bilangan); kata yang menyatakan jumlah benda atau hal atau menunjukkan urutannya dalam suatu deretan, misalnya satu, kedua.
a.      Angka kardinal (duabelas),
b.     Angka ordinal (keduabelas)
  1. Kata tugas adalah jenis kata di luar kata-kata di atas yang berdasarkan peranannya dapat dibagi menjadi lima subkelompok:
a.      Preposisi (kata depan) (contoh: dari),
b.     Konjungsi (kata sambung) - Konjungsi berkoordinasi (dan), Konjungsi subordinat (karena),
c.      Artikula (kata sandang) (contoh: sang, si) - Umum dalam bahasa Eropa (misalnya the),
d.     Interjeksi (kata seru) (contoh: wow, wah), dan
e.      Partikel
Dalam ilmu linguistik barat ada minimal lima cara dalam menentukan batas-batas kata:
1.      Pada jeda
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara pelan, diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini tidaklah sempurna: sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata.
2.      Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
3.      Bentuk bebas minimal
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
4.      Batas fonetis
Beberapa bahasa mempunyai aturan pelafazan khusus yang membuatnya mudah ditinjau di mana batas kata sejatinya. Misalnya, di bahasa yang secara teratur menjatuhkan tekanan pada suku-kata terakhir, maka batas kata mungkin jatuh setelah masing-masing suku-kata yang diberi tekanan. Contoh lain bisa didengarkan pada bahasa yang mempunyai harmoni vokal (seperti bahasa Turki): vokal dalam sebagian kata memiliki "kualitas" sama, oleh sebab itu batas kata mungkin terjadi setiap kali kualitas huruf hidup berganti. Tetapi, tidak semua bahasa mempunyai peraturan fonetis seperti itu yang mudah, kalaupun iya, pada bahasa ini ada pula perkecualiannya.
5.      Satuan semantis
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, ahli bahasa mempergunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.
B.       Kekuatan Kata
Kata-kata berpengaruh kuat dalam hidup kita. Kata-kata baik dapat membuat orang merasa penting, bangga, bersemangat, antusias dan termotivasi. Sebaliknya kata-kata buruk bisa langsung mendemotivasi, membuat sedih, kecewa, marah, dan merasa tidak berharga. Jadi jika kita ingin mengasihi/mencintai orang lain, kita harus memulai dengan mengucapkan kata-kata yang baik, kata-kata yang membesarkan dan membuat orang lain lebih merasa nyaman. Kecintaan kita kepada seseorang memang senantiasa dimulai dengan kata-kata yang baik, yang diucapkan bukan saja dihadapan orang ybs, melainkan juga dibelakangnya.
Kata-kata didepan seseorang haruslah sama baiknya dengan kata-kata dibelakang mereka. Memang, mereka tidak mendengar kata-kata yang buruk yang kita katakan dibelakang mereka. Mereka tidak akan menjadi buruk ketika kita mengatakan buruk. Mereka tidak akan berpengaruh, tetapi kitalah yang terpengaruh, dan kitalah yang akan menjadi buruk. Kekuatan kata-kata dapat disalah gunakan untuk penipuan (dengan teknik hipnotis), untuk mendorong menjadi teroris (brain washing)
Airpun mengerti kata-kata kita. Prof. Masaru Emoto (Peneliti Jepang) meneliti pengaruh kata-kata terhadap formasi kristal air. Ketika Air diberi kata-kata yang baik (terima kasih, cinta, bahagia…), air akan meresponnya dengan membentuk kristal yang indah. Sebaliknya, jika kepada air diucapkan kata-kata negatif (bodoh, malas, tidak bahagia...), air tsb tidak membentuk kristal. Apabila air saja dapat merespons kata-kata yang ditujukan kepadanya, apalagi manusia yang tubuhnya 70 % terdiri dari air. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan kata-kata kita.
Saat menggunakan kata-kata yang menghakimi, kita sebenarnya sedang menghancurkan orang lain. Ketika menggunakan kata-kata yang menguatkan, kita sedang memotivasi dan memberikan harapan orang lain. Kata-kata buruk : Bodoh, Gagal, Jelek, Kepala batu, Putus Asa, Lamban, Brengsek, menyebalkan. Cobalah anda baca kata-kata tsb dan kemudian pikirkan dan rasakan! Bagaimana persaan anda akibat kata-kata tersebut? Kata-kata baik : Bagus, Hebat, Cerdas, Kreatif, Menarik, Berbakat, Antusias, menyenangkan.

C.       Sumber bacaan
  1. H. Alwi; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
  2. (1990) Ensiklopedi Nasional Indonesia (ENI), Jilid 8, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, hlm. 217-218.
  3. (1997) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  4. Monier-Williams, Monier (1899). Sanskrit-English Dictionary.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar